Header Ads

Reinforcement untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa


TINJAUAN TEORI

A.     Reinforcement
Menurut Wasty Soemanto (2006:129) yang dimaksud dengan pemberian penguatan (reinforcement) adalah suatu respon positif dari guru kepada siswa yang telah melakukan suatu perbuatan yang baik atau berprestasi. Pemberian penguatan (reinforcement)ini dilakukan oleh guru dengan tujuan agar siswa dapat lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar mengajar dan mengajar dan siswa agar mengulangi lagi perbuatan yang baik itu.
Dalam proses belajar mengajar, penghargaan atau pujian terhadap perbuatan yang baik dari siswa merupakan hal sangat diperlukan sehingga siswa terus berusaha berbuat lebih baik misalnya guru tersenyum atau mengucapkan kata-kata bagus kepada siswa yang dapat mengerjakan pekerjaan rumah yang baik akan besar pengaruhnya terhadap siswa. Siswa tersebut akan merasa puas dan merasa diterima atas  hasil yang dicapai, dan siswa lain diharapkan akan berbuat seperti itu.  
Menurut Moh. Uzer Usman (1990 : 80) penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik  (feet back) bagi                                            sipenerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu  tindakan dorongan ataupun koreksi. Penguatan dikatakan juga sebagai respon terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya tingkah laku tersebut. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk mengganjar atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi untuk interaksi dalam belajar mengajar.
Menurut Skinner (J.W. Santrock, 2007: 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).Penguatan dan Hukuman. Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Menurut Skinner penguatan berarti memperkuat, penguatan dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1.      Penguatan positip adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
2.      Penguatan negatip, adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Satu  cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.
Contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W Santrock , 2007: 274).
A.Penguatan positif
Perilaku
Murid mengajukan pertanyaan yang bagus
Konsekuensi
Guru menguji murid
Prilaku kedepan
Murid mengajukan lebih banyak pertanyaan
B.Penguatan negatif
Perilaku
Murid menyerahkan PR tepat waktu
Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid
Prilaku kedepan
Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu
C.Hukuman
Perilaku
Murid menyela guru
Konsekuensi
Guru mengajar murid langsung
Prilaku kedepan
Murid berhenti menyela guru
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.

Menurut ada tiga macam reinforcement yaitu :
  1. Positive Reinforcement
  2. Conditioned Reinforcement
  3. Intermittent Reinforcement
  1. Positive Reinforcement
Adalah suatu peristiwa yang bila hadir mengikuti suatu perilaku tertentu dapat menyebabkan perilaku tersebut akan diulangi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan reinforcement positif, yaitu:
    1. Memilih perilaku yang akan ditingkatkan
Perilaku yang akan dikukuhkan harus diidentifikasi secara spesifik. Hal ini akan membantu untuk memastikan reliabilitas dari deteksi contoh dari perilaku dan perubahan frekuensinya. Serta meningkatkan perilaku kemungkinan program reinforcement ini dilakukan secara konsisten.
    1. Memilih reinforcer
Berbeda individu, kemungkinan reinforceryang digunakan juga berbeda. Ada juga reinforceryang merupakan reinforcer bagi semua orang
.
Lima macam reinforcer yaitu :
1)      Consumable reinforcer – makanan, minuman
2)      Activity reinforcer – hobi, olahraga, belanja
3)      Manipulative reinforcer – bersepeda, menggunakan internet
4)      Possesional reinforcer – gelas kesayangan, baju favorit
5)      Social reinforcer – pujian, pelukan, senyum
Membangun pelaksanaan
1)      Makin lama periode deprivasi, maka reinforcer akan makin efektif.
2)      Deprivasi adalah selang waktu belajar sebelumnya, di mana individu tidak menerima reinforcer.
3)      Satiasi adalah kondisi di mana individu menerima reinforcer terlalu banyak sehingga reinforcer tidak lagi mengukuhkan.
4)      Ukuran reinforcer
Ukuran atau jumlah reinforcermerupakan ukuran yang penting dalam efektivitas reinforcer. Jumlah reinforcercukup untuk menguatkan perilaku yang ingin ditingkatkan, namun jangan berlebihan untuk menghindari satiasi.
5)      Pemberian reinforcer
Reinforcer harus diberikan segera setelah perilaku muncul. Ada dua macam prinsip, yaitu the direct acting effect dan the indirect acting effect.

6)      Penggunaan aturan
Instruksi dapat memfasilitasi perubahan perilaku dalam beberapa cara yaitu : instruksi akan mempercepat proses belajar individu yang mengerti, instruksi dapat mempengaruhi individu untuk berusaha bagi reinforcement yang ditunda, dan dapat membantu mengajar individu (seperti anak kecil atau orang yang mengalami hambatan perkembangan) untuk mengikuti instruksi.
Contingent vs Noncontingent Reinforcement
Reinforcement contingent : reinforcer tergantung pada perilaku
Reinforcement noncontingent : reinforcer diberikan pada waktu tertentu dan tidak tergantung pada perilaku
Memindahkan individu dari program dan menggantinya dengan reinforcement yang natural
Setelah ada penguatan perilaku melalui penggunaan reinforcement positif, ada kemungkinan bagi reinforcer dari lingkungan alami individu untuk mengambil alih pemeliharaan perilaku tersebut.
  1. Conditioned Reinforcement
    1. Unconditioned reinforcer
Suatu stimulus yang menguatkan perilaku tertentu tanpa dikondisikan lebih dahulu.
    1. Conditioned reinforcer
Stimulus yang awalnya bukan reinforcer,tapi kemudian diasosiasikan dengan reinforcer lain (back up reinforcer)
            Faktor – faktor yang mempengaruhi conditioned reinforcer:
1)            Kekuatan back up reinforcer
2)            Macam back up reinforcer ; simple conditioned reinforcer dan generalized conditioned reinforcer
3)            Schedule back up reinforcer
Contoh conditioned reinforcement : setiap siswa yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan sekolah akan mendapatkan poin. Ketika poin yang terkumpul sejumlah tertentu, siswa akan memperoleh hukuman yang telah disepakati terlebih dahulu.
  1. Intermittent Reinforcement
Adalah pemeliharaan perilaku dengan memberikan reinforcer sewaktu – waktu daripada memberikannya setiap saat perilaku muncul.
Keuntungan intermittent reinforcement:
1.      reinforcer tetap efektif dalam waktu yang lebih lama daripada continuous reinforcement
2.      perilaku yang diberi intermittent reinforcement cenderung lebih lama hilang daripada yang diberi continuous reinforcement
3.      individu bekerja lebih konsisten
4.      perilaku yang diberi intermittent reinforcement berlangsung dengan cepat ketika dipindah ke reinforcerdalam lingkungan yang alami.

B.     Motivasi Belajar
1.      Pengertian Motivasi
Huitt, W. (2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan. Jadi ada tiga kata kunci tentang pengertian motivasi menurut Huitt, yaitu: 1) kondisi atau status internal itu mengaktifkan dan memberi arah pada perilaku seseorang; 2) keinginan yang memberi tenaga dan mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan; 3) Tingkat kebutuhan dan keinginan akan berpengaruh terhadap intensitas perilaku seseorang.
Thursan Hakim (2000 : 26) mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar, tingkat ketekunan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang ditimbulkan motif tersebut.
Pengertian motivasi yang lebih lengkap menurut Sudarwan Danim (2004: 2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni :
1)      faktor pendorong atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal,
2)      tujuan yang ingin dicapai,
3)      strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.
Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut instrinsik sedangkan faktor di luar diri disebut ekstrinsik.
Selain pengklasifikasian di atas, Burton menggolongkan/membagi motif-motif tersebut menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a.       Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam seseorang untuk berbuat sesuatu atau sesuatu yang mendorong bertindak sebagaimana  nilai-nilai yang terkandung di dalam obyeknya itu sendiri.
Motivasi intrinsik merupakan pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Keinginan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, keinginan untuk memahami sesuatu hal, merupakan faktor intrinsik yang ada pada semua orang .
Faktor instrinsik berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Sedangkan factor ekstrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, bisa karena pengaruh pimpinan, kolega atau faktor-faktor lain yang kompleks.
b.      Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar/lingkungan. Motivasi ekstrinsik dalam belajar antara lain berupa penghargaan, pujian, hukuman, celaan atau ingin meniru tingkah laku seseorang (Hamalik, Umar 2002:154 )
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. 
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Salah satu pemberi motivasi bagi siswa yang berasal dari luar adalah guru. Keberadaan seorang guru dalam suatu sekolah tidaklah dapat disangkal lagi, karena tanpa guru sekolah tidak akan dapat berjalan. Namun peran guru tidaklah hanya berhenti sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu saja, karena tanpa adanya peran sebagai motivator maka sia-sialah peran guru sebagai sosok yang melakukan transfer ilmu.
Dampak yang timbul bila guru menjalankan perannya sebagai motivator antara lain adalah:
1)      Timbulnya keinginan pada siswa untuk lebih menekuni materi yang dihadapinya. Hal ini akan sangat berpengaruh pada prestasi akademik siswa.
2)      Adanya keinginan yang kuat dalam diri siswa untuk pergi ke sekolah, contohnya: siswa tidak perlu lagi dipaksa untuk pergi kesekolah. Mereka menikmati acara belajar mereka yang berlangsung di sekolah sehingga tidak ada lagi dalam pikiran mereka untuk membolos.
3)      Rasa memiliki sekolah, akan timbul bila siswa merasa bahwa sekolahnya adalah suatu tempat yang menyenangkan. Hal ini juga mempengaruhi nama baik sekolah
2.      Pengertian Belajar
Sedangkan pengertian belajar dapat didefinisikan menurut beberapa para ahli sebagai berikut:
a.      HC. Witherington (Aunurrahman, 2009:35) memberi batasan belajar adalah perubahan di dalam kepribadian yang menyatukan sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.
b.      Morgan mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
c.      Lester D. Crow mengemukakan belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengeahuan dan sikap-sikap.
d.      Menurut Syamsudin Makmun (2003: 159) yang dimaksud  dengan perubahan dalam konteks belajar itu dapat bersifat  fungsional atau struktural, material, dan behavioral, serta keseluruhan pribadi.  
  1. Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang mantab serta diakibatkan oleh pengalaman. Belajar adalah suatu hal yang membedakan antara manusia dan binatang (Oemar Hamalik 2002). Ada banyak perilaku perubahan pengalaman, serta dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar. Para ahli pendidikan dan psikolog sependapat bahwa motivasi amat penting untuk keberhasilan belajar.
Beberapa uraian diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku individu  baik fisik (jasmani) maupun psikis (rohani) yang relatif menetap, serta perubahan tersebut terjadi setelah melalui pengalaman dan latihan serta interaksi dengan lingkungan yang terlibat proses kognitif.
Berkaitan dengan proses belajar siswa, motivasi belajar sangatlah diperlukan. Diyakini bahwa hasil belajar akan meningkat kalau siswa mempunyai motivasi belajar yang kuat. Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk mengambil bagian di dalam proses pembelajaran (Linda S. Lumsden: 1994).
Siswa pada dasarnya termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas untuk dirinya sendiri karena ingin mendapatkan kesenangan dari pelajaran, atau merasa kebutuhannya terpenuh. Ada juga Siswa yang termotivasi melaksanakan belajar dalam rangka memperoleh penghargaan atau menghindari hukuman dari luar dirinya sendiri, seperti: nilai, tanda penghargaan, atau pujian guru (Marx Lepper: 1988).
Menurut Hermine Marshall Istilah motivasi belajar mempunyai arti yang sedikit berbeda. Ia menggambarkan bahwa motivasi belajar adalah kebermaknaan, nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar belajar tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Pendapat lain motivasi belajar itu ditandai oleh jangka panjang, kualitas keterlibatan di dalam pelajaran dan kesanggupan untuk melakukan proses belajar ( Carole Ames: 1990).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus dalam rangka mencapai tujuan.

C. Prinsip Motivasi Belajar
Pembahasan motivasi belajar tidak bisa terlepas dari masalah-masalah psikologi dan fisiologi, karena keduanya ada saling keterkaitan (Nur uhbiyah,1997:7).   Yang perlu di pahami dalam prinsip-prinsip motivasi belajar adalah sebagai berikut:
1.       Memuji lebih baik daripada mencela.
Perlu diketahui bahwa manusia cenderung akan mengulangi perbuatan yang mendapat pujian atau apresiasi dari pihak lain
2.      Memenuhi kebutuhan psikologi
3.      Motivasi intrinsik lebih efektif daripada ekstrinsik
4.      Keserasian antara motivasi
5.      Mampu manjelaskan tujuan pembelajaran
6.      Menumbuhkan perilaku yang lebih baik
7.      Mampu mempengaruhi lingkungan
8.      Bisa diaplikasikan dalam wujud yang nyata.
Dalam proses pembelajaran, meningkatkan motivasi belajar melibatkan pihak-pihak sebagai berikut.
1. Siswa
Siswa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk meningkatkan motivasi belajar pada dirinya agar memperoleh hasil belajar yang memuaskan.  Motivasi berupa tekad yang kuat dari dalam diri siswa untuk sukses secara akademis, akan membuat proses belajar semakin giat dan penuh semangat.
2. Guru
Guru bertanggung jawab memperkuat motivasi belajar siswa lewat penyajian bahan pelajaran, sanksi-sanksi dan hubungan pribadi dengan siswanya. Dalam hal ini guru dapat melakukan apa yang disebut dengan menggiatkan anak dalam belajar (Ahmad Syalba, 1994:256).  Usaha-usaha yang digunakan dalam menggiatkan  adalah :
a. Mengemukakan pertanyaan
b. Memberi ganjaran
c. Memberi hadiah
d. Memberi hukuman/sanksi
Kreativitas serta aktivitas guru harus mampu menjadi inspirasi bagi para siswanya. Sehingga siswa akan lebih terpacu motivasinya untuk belajar, berkarya, dan berkreasi. 
3. Orang tua atau keluarga dan lingkungan
Tugas memotivasi belajar bukan hanya tanggungjawab guru semata, tetapi orang tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Selain itu motivasi sosial dapat timbul dari orang-orang lain di sekitar siswa, seperti dari tetangga, sanak saudara, atau teman bermain (Nanang Fatah, 2004:89). 
Fungsi keluarga adalah sebagai motivasi utama bagi peserta didik, karena memiliki intensitas yang lebih tinggi untuk menanamkan motif-motif tertentu bagi proses pembelajaran anak ( A. Supratika.2006:25)
Hal paling mendasar yang digunakan sebagai motivasi dasar dalam islam adalah, pentingnya menanamkan unsur-unsur ideologi dalam proses pembelajaran, sehingga dalam proses perjalanan pembelajaran siswa tidak mengalami kegoncangan jiwa yang bisa menghambat hasil dari pendidikan itu sendiri (Abdurahman an-naqib.1994)
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut: 
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
D.    Penerapan Reinforcement Untuk  Memotivasi Belajar Siswa
Kebiasaan yang jarang sekali dilakukan oleh guru di dalam kelas adalah memberikan reinforcement (penguatan) kepada siswa, jarang sekali kita mendengar guru mengatakan bagus atau mengacungkan jempol kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan yang dilontarkan.
Padahal salah satu kompetensi profesional yang harus dimiliki seorang guru adalah mampu membangkitkan motivasi belajar siswa dan reinforcement merupakan salah satu cara yang efektif untuk membangkitkan motivasi belajar siswa.
Sumantri dan Permana (1999:274) menyebutkan beberapa tujuan yang bisa dicapai dari pemberian reinforcement yaitu
1) Membangkitkan motivasi belajar peserta didik,
2) Merangsang peserta didik berpikir lebih baik,
3) Menimbulkan perhatian perserta didik,
 4) Menumbuhkan kemampuan berinisiatif secara pribadi,
5) Mengendalikan dan mengubah sikap negatif peserta didik dalam belajar ke arah perilaku yang mendukung belajar.
Secara umum reinforcementbermanfaat bagi siswa karena akan meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi belajar merupakan salah satu hal yang penting dalam belajar karena melalui motivasi maka seseorang akan mau untuk belajar.
Bagaimana mekanisme tumbuhnya motivasi akibat reinforcemen ? Maslow pernah mengatakan bahwa setiap manusia memiliki hirarkis kebutuhan dari mulai kebutuhan fisik, rasa aman, penghargaan, dicintai dan mencintai, aktualisasi diri, dan kebutuhan akan pengetahuan. Sebenarnya reinforcement yang guru berikan merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan dihargai, dicintai bahkan sebagai salah satu bentuk bahwa subjek belajar telah berhasil membuktikan dirinya (aktualisasi diri), tentu saja ketika kebutuhan subjek belajar terpenuhi ini maka ia akan merasakan kepuasan yang akan mendorongnya untuk kembali melakukan hal yang sama.
Pengalaman di dalam kelas ketika salah seorang siswa yang nakal diberikan reinforcement karena siswa tersebut secara kebetulan bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan, menunjukkan perilaku kebiasaan berbuat onar ketika jam pelajaran menjadi berkurang bahkan siswa tersebut berbalik menjadi siswa yang aktif berpartisipasi ketika pertanyaan di lontarkan kepada seluruh siswa di kelas.
Dari contoh di atas, selain untuk membangkitkan motivasi, reinforcement juga berguna untuk mempertahankan perilaku yang diinginkan dari subjek belajar. Dalam sejarah teori belajar sendiri, reinforcementdipakai hampir di setiap aliran teori belajar, teori belajar behavioristik yang menekankan kepada stimulus dan respon, menggunakan reinforcement sebagai bentuk stimulus lanjutan untuk mempertahankan respon yang tepat, teori belajar psikologi humanistikjuga menekankan pentingnya motivasi agar siswa bisa mengeluarkan potensi dalam dirinya.
Namun perlu diingat bahwa reinforcementyang kita berikan haruslah diberikan dalam situasi dan waktu yang tepat agar bisa efektif, terdapat beberapa situasi yang cocok dalam memberikan penguatan (Aunurrahman, 2009:130) yaitu:
1) Pada saat peserta didik menjawab pertanyaan, atau merespon stimulus guru atau peserta didik yang lain,
2) Pada saat peserta didik menyelesaikan PR,
3) Pada saat peserta didik mengerjakan tugas-tugas latihan,
4) Pada waktu perbaikan dan penyempurnaan tugas,
5) Pada saat penyelesaian tugas-tugas kelompok dan mandiri,
 6) Pada saat membahas dan membagikan hasil-hasil latihan dan ulangan,
7) Pada saat situasi tertentu tatkala peserta didik mengikuti kegiatan secara sungguh-sungguh.
Secara umum kita bisa mengatakan bahwa reinforcementyang tepat diberikan dalam situasi ketika individu tengah melakukan aktivitas belajarnya. Kesimpulannya, dengan begitu banyaknya manfaat dari reinforcement dalam mendukung kegiatan pembelajaran di dalam kelas maka sudah seharusnya guru mulai membiasakan diri untuk memberikan reinforcement kepada siswa-siswinya

No comments

Powered by Blogger.